Sabtu, 10 April 2010

Hidup Ngontrak Matipun Masih Harus Ngontrak. Jakarta Jakarta...!

Masih pagi, kira-kira jam 07.00 WIB. kami yang masih tidur di kamar kos di daerah fatmawati Jakarta selatan, di kejutkan dengan teriakan seseorang" Qowa, Qowa.....", berulang kali suara itu saya dengar samar. Tak berselang lama pintu kamar terbuka, nampak sesosok wanita muda yang tampangnya lusuh dengan rambut acak-acakan.
Perlahan kesadaranku pulih, dan ternyata wanita itu adalah Niken, teman kampus sekaligus tetangga kos kami.
"kenapa Ken?" tanya saya.
dengan tergesa dia menjawab" Wa..tolong anterin saya ke bekasi, sepupuku meninggal dunia"
sontak saya langsung duduk dan berucap"InnaliLLahi wainna ilaihi roji'uu...n!"
" ya udah, tapi aku mandi dulu ya.." ujar saya.
Niken menjawab dengan nada terburu-buru " gak pake lama ya...!, aku juga mau mandi dan berkemas"
Niken yang biasanya paling ngaret, pagi ini benar-benar ontime. bayangkan saja, biasanya kalau mandi dan berkemas membutuhkan waktu butuh waktu satu hingga satu setengah jam, pagi ini hanya menghabiskan waktu lima belas menit.
Segera kami menuju kendaraan dan langsung meluncur ke bekasi. di tengah jalan di daerah Cakung, sebelum sampai di tempat tujuan kami mendapat info dari keluarga Niken kalau Jenazah sedang di sholatkan dan sebentar lagi akan di berangkatkan ke pemakaman di TPU Utan Kayu Rawamangun. Dan kami disarankan untuk tidak ke bekasi melainkan menunggu di Cakung karena lokasi pemakaman dekat dengan posisi kami sekarang dan Rute yang akan di lewati rombongan pengantar jenazah kebetulan satu jalur dengan posisi kami sekarang, yaitu di depan Careffour Cakung.
Kami pun memutuskan untuk menunggu di rindangnya pohon di tepi jalan. Sambil  beristirahat kami sedikit berbincang ringan tentang almarhum dan keluarga Niken. Cukup lama kami menunggu kira-kira satu hingga satu setengah jam menunggu ahirnya rombongan pun tiba dan kami bersama-sama menuju area pemakaman.
Sesampai di pemakaman kami lihat sebuah tenda dengan para pekerja pemakaman sedang menunggu jenazah.tidak berselang lama upacara pemakaman pun dilakukan keluarga dan pemakaman.
Satu pengalaman saya dapat dari sana,menyaksikan mayat dibalut kain kafan berwarna putih dengan aromah khas kematian. Selesai adzan dan iqomah dan do'a dilantunkan, segera ditimbun dengan tanah liang lahat yang berisikan mayat. Sungguh satu pelajaran yang benar-benar  harus dicamkan dengan kesungguhan.
Prosesi pemakaman sudah selesai, kami dan rombongan menuju area parkir kendaraan dan pulang. Saya pulang sendiri karena Niken pulang bersama keluarganya kebekasi.
Satu lagi yang saya dapat dari sana, liang lahat untuk menguburkan mayat itu sifatnya sewa atau kontrak,dengan harga tertentu. jika masa kontraknya habis dan pihak keluarga tidak memperpanjang lagi, tempat itu akan di  tempati oleh jenazah baru. hal ini tentu sangat berbeda sekali dari tempat saya berasal. jika di kampung saya menguburkan jenazah itu bebas biaya atau gratis.
Jakarta...kota metropolitan, selagi hidup ngontrak, matipun masih harus ngontrak...!!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar